"Mari kita bangun dunia dari mimpi dan jangan takutlah untuk bermimpi karena hidup berawal dari mimpi"

Tujuh Kota Impian Baru

Sejak Indonesia mengalami era pembangunan, Jakarta seolah menjadi pusat segalanya. Baik itu kegiatan ekonomi, pengambilan keputusan-keputusan politis, maupun pusat kehidupan. Selama berpuluh-puluh tahun, berbagai media di Indonesia juga menyoroti permasalahan Jakarta (kemacetan, banjir, kepadatan penduduk) seolah semuanya adalah persoalan nasional.

Sementara itu, ada berbagai pusat ekonomi baru dan kota-kota yang tumbuh, menyejahterakan penduduknya, tapi tidak tersorot oleh media nasional. Cerita-cerita tentang kehidupan mereka yang tinggal di luar Jakarta luput dari perhatian. Padahal, menurut kami, cerita-cerita ini penting untuk menunjukkan bahwa peluang meraih pendapatan ada di berbagai kota di Indonesia (meski pemerataan kesempatan masih jadi isu besar di negeri ini).

Melalui artikel "Mencari Pesaing Berarti buat Jakarta", kami mencari cerita-cerita tentang kota-kota lain yang menggiurkan buat pencari kerja, tapi belum mendapat porsi besar pemberitaan. Dan kami menerima banyak masukan serta cerita. Berikut daftar kota yang masuk dalam usulan menjadi pesaing Jakarta.

1. Solo
Banyak surat elektronik yang kami terima berasal dari warga Solo yang bangga dengan kota mereka. Seperti dari Rizky Ayu yang menyebut bahwa keberadaan pasar tradisional yang nyaman dan bersih, angkutan umum dengan standar profesional terukur, serta terjaganya kampung-kampung budaya dan festival tahunan sebagai faktor kebanggaan Solo.

Potensi wisata mendukung terciptanya lapangan pekerjaan. "Mau kerja kantoran? Bisa. Banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga Anda di sini. Mau wiraswasta? Apalagi! Ada banyak peluang bisnis di sini bila Anda jeli. Anda tidak perlu takut digusur Satpol PP yang bersenjatakan pentungan bila berdagang kali lima di sini. Ada sejumlah shelter di tempat-tempat strategis yang siap untuk Anda pakai berjualan," kata Rizky dalam emailnya kepada kami.

Murahnya harga kebutuhan hidup pokok serta jalanan yang tidak macet juga menjadi faktor plus lainnya. Kualitas sekolah dan universitasnya pun cukup tinggi.

2. SurabayaAdji Setiawan dulunya tinggal di Jakarta. Lalu pada 2006 ia memutuskan untuk hijrah ke Surabaya dan memulai usaha desain interior dari nol. Yang membuatnya terkaget-kaget adalah, "(Memulai) usaha di Surabaya jauh lebih mudah dengan kecepatan jauh lebih cepat daripada memulai usaha di Jakarta." Kini ia tak mengaku tak mau lagi tinggal di Jakarta. "Sekarang tergantung pihak pemerintah dan media, untuk tidak selalu menyorot Jakarta dengan 'kemegahan' palsunya," tambah Adji.

3. PalembangBuat Sonny Chandra Thawab, Palembang terus membangun tapi tidak terobsesi dengan modernitas, bersahaja dan religius. Buat seseorang yang baru menetap di Palembang sejak 9 tahun lalu, Palembang adalah kota yang memberi kesempatan buat pendatang. Kebanggaan terhadap makanan tradisional dan pakaian tradisional juga tetap terjaga.

4. SemarangBagi anto_bgd_jayuzz, penataan Kota Semarang memberikan ruang publik yang nyaman bagi warga untuk nongkrong. Kawasan bersejarah pun dipugar kembali untuk menjadi salah satu pilihan wisata. Angkutan kota Trans Semarang yang tertib pun memberikan alternatif nyaman transportasi publik.

5. YogyakartaMenurut Andre Veriangga, Staf Kependudukan Pemerintah Daerah Sleman, DI Yogyakarta, Yogya adalah kota ideal pilihannya. "Banyak yang bisa kita dapatkan di kota ini, mulai dari fasilitas pendidikan murah dan beragam, transportasi yang memadai ke seluruh penjuru wilayah, birokrasi pemerintahan tidak berbelit-belit, makanan beragam dan murah meriah, kebudayaan masih asli, ramah tamah penduduk asli yg mampu berdampingan dengan etnis lain maupun pendatang, dan kemudahan pihak-pihak dalam negeri atau asing untuk berinvestasi," tulisnya dalam email.

Selain itu, tidak ada macet juga menjadi salah satu faktor kenyamanan hidup di Yogya. "Tidak akan terlihat wajah-wajah tegang di pagi hari terburu-buru masuk kantor, semrawut kendaraan yg menyebabkan kemacetan panjang hingga berjam-jam, keteraturan pola kehidupan saat pagi-siang-sore-dan malam, kemudahan menjangkau wilayah-wilayah tertentu sesuai keinginan, bahkan akses jalan di kota kami sangat mudah." Terdengar sangat menggiurkan bukan?

6. BalikpapanKekayaan alam Kalimantan juga memunculkan pusat-pusat ekonomi. Juliet menyebut Balikpapan sebagai pintu gerbang utama Kalimantan Timur. "Setiap tahun, orang-orang dari berbagai daerah (Jawa, Sulawesi, Sumatra, dsb) berbondong-bondong mencari nafkah dan mencoba peruntungan hidupnya di kota Balikpapan. Apalagi dengan banyaknya perusahaan investor asing yg berdiri dan berkantor di Balikpapan," kata Juliet.

Deky Rohie juga menyebut Balikpapan sebagai kota idaman. "Banyak perusahaan-perusahaan asing yang memberikan gaji besar, minyak berlimpah, sumber mineral dan batubaranya banyak," dia memberi alasan.

Buat Amiruddin M, Balikpapan juga menjadi salah satu kota yang ia rekomendasikan, meski ia menyebut kota-kota lain di Kalimantan Timur (Kutai Kartanegara, Bontang, Nunukan dan tempat tinggalnya, Samarinda). "Berbicara tentang Jakarta bagi saya bukanlah tempat yang menarik," kata dia. Ia pernah berkuliah di Jakarta, tapi untuk tinggal, "ratusan kali berpikir (ulang)."

"Kalau anda mau mencari uang datanglah kemari. Kota kami menawarkan kepada Anda ribuan  lowongan kerja hampir setiap bulan dengan spesifikasi lapangan kerja yang bervariasi, mulai dari sektor pertambangan, perkebunan dan industri. Semua menjanjikan rupiah yang tidak sedikit," ia mengiming-imingi.

7. BatamPenerapan zona ekonomi membuka peluang pekerjaan di kota ini. Cerita dari Nurul Fajar Sulistyowati, Putri Ajah dan Wenchy Gibs Zulu memberikan gambaran yang kurang lebih sama. Awalnya mereka ragu dengan peluang yang diberikan Batam, sampai tidak tahu Batam ada di mana. Tapi kemudian pemasukan yang mereka dapat berhasil menaikkan kelas sosial.

Bahkan, menurut Nurul Fajar, "Di sini aku bisa mendapatkan penghasilan dan menguliahkan adikku, membeli rumah, serta (membeli) kendaraan pribadi." Dan ini dengan level pendidikannya yang D1, sementara suami Nurul berpendidikan D3.

Menurut Nurul, ia berusaha mengajak dan membantu teman-temannya untuk mendapat pekerjaan di Batam, tapi mereka enggan karena citra Batam di masa lalu. Padahal, "Ada juga Bintan, Pekanbaru, Natuna, Tanjung Balai Karimun dan pulau lain di sekitarnya yang menyajikan berlimpah kesempatan untuk para pencari kerja." Anda tertarik?

Kota-kota yang disebut di atas bisa berkembang karena kekayaan alam atau keputusan-keputusan politik dari para pemimpin daerah. Meski begitu, Widi Anto yang tinggal di Sukoharjo lebih memilih mengandalkan kemajuan teknologi, terutama internet, untuk berusaha. Ia tak terpaku pada pembangunan kota yang dilakukan oleh pemerintah.

"Walaupun kurang didukung infrastruktur yang baik tapi paling tidak di zaman digital seperti ini, masyarakat bisa lebih mandiri untuk membangun ekonomi daerahnya. Misalnya dengan memaksimalkan jalur online untuk mengangkat produk-produk lokal ke pasaran yang lebih luas, bahkan kalau bisa pangsa pasar luar negeri." Dengan menawarkan batik, furnitur atau kerajinan tangan via internet, menurut Widi, kesuksesan tak perlu bergantung pada lokasi tinggal Anda.

Nah sekarang, kami ingin tahu cerita-cerita dari mereka yang berdiam di Jakarta. Kira-kira, apa yang bisa membuat Anda meninggalkan Jakarta dan mencari peruntungan di kota lain?

Apa yang membuat Anda tetap berada di Jakarta di tengah ketidaknyamanan kota? Atau, tergerakkah Anda untuk mulai memikirkan alternatif tempat tinggal dan bekerja selain Jakarta? Kami menunggu jawaban Anda di soalkota@yahoo-inc.com sampai Kamis ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

34 Mal di Jakarta Penyebab Kemacetan

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Subdirektorat Keamanan dan Keselamatan Ditlantas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Yakub Dedy Karyawan menilai sebagian besar mal di Jakarta justru menjadi penyebab timbulnya kemacetan di wilayahnya. Polda Metro Jaya mencatat ada sekitar 34 mal di Jakarta yang justru menghambat lalu lintas.
"Dari 70 mal di Jakarta, hanya 10 persen saja yang sama sekali tidak menyebabkan kemacetan," ujar Yakub, Kamis (21/7/2011), saat dihubungi wartawan.
Menurut Yakub, hampir seluruh mal di Jakarta tidak memiliki izin analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) tentang lalu lintas. Padahal mal itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat bertransaksi tapi juga salah tempat berkumpulnya massa. "Karena itu, diperlukan analisa yang bisa mencegah terjadinya kemacetan di sekitar mal tersebut," ungkap Yakub.
Dikatakan Yakub, selain menimbulkan kemacetan, keberadaan mal juga mengurangi ru­ang ter­buka hijau dan menye­dot air tanah yang ber­lebihan. Karenanya, dia meminta Pemprov DKI Jakarta tidak hanya menghentikan sementara penerbitan perizinan atau moratorium mal sampai 2012, tapi dalam jangka waktu 3-5 tahun ke depan. "Minimal setelah Perda Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2010-2030 terbit," imbuhnya.
Berdasarkan data di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, daftar mal yang menimbulkan kemacetan baru di wilayah Jakarta yakni Plaza Semanggi, Cibubur Junction, Citos, Mal Taman Anggrek, Tamini Square, Mal Ciputra, Atrium Plaza, ITC Mangga Dua, Blok M Plaza, Pasaraya Manggarai, Ramayana Kramatjati, Mal Ambasador, Slipi Jaya, ITC Roxy Mas, Grand Indonesia.
Selain itu juga Central Park, FX Plaza, ITC Mangga Dua, Pasar Pagi Mangga Dua, Mal Kelapa Gading, Mal Sunter, Kelapa Gading Trade Center, Pluit Village, WTC Mangga Dua, Mal Artha Gading, Sports Mal Kelapa Gading, Mal of Indonesia, Emporium Pluit Mall, La Piaza, Koja Trade Mall, Pusat Perbelanjaan Blok A Tanah Abang, ITC Cempaka Putih, Gandaria City, dan Pejaten Village.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Bandara Soekarno-Hatta Wajah Baru akan Bebas Macet dan Calo

Jakarta - Akses menuju Bandara Soekarno-Hatta selama ini dikenal rawan macet. Calo tiket hingga taksi gelap juga berkeliaran. Apakah kedua hal tersebut bakal berubah seiring dengan pengembangan bandara tahun 2012 nanti?

Corporate Secretary PT Angkasa Pura II Hari Cahyono selaku pengelola bandara mengklaim masalah kemacetan hingga persoalan calo dan taksi gelap bakal ditekan. Desain baru bandara yang diluncurkan pada Sabtu (23/7) malam lalu, mendukung perbaikan ini.

Untuk mengatasi masalah kemacetan, saat ini tengah digarap rencana proyek pembangunan jalur kereta api menuju bandara. Selain itu, akses jalan tol juga akan ditambah.

"Nanti itu juga akan dikembangkan. Semua lengkap. Kita sudah bekerjasama dengan kereta api. Lalu untuk mengurangi kemacetan, PT Jasa Marga juga akan membangun akses jalan tol JORR II. Lengkap semuanya," kata Hari saat berbincang dengan detikcom, Senin (25/7/20110.

Khusus persoalan calo dan taksi gelap, PT AP II sudah memiliki program khusus untuk menangani hal tersebut. Razia akan semakin digencarkan, lalu untuk parkir taksi akan dibuat sistem yang memiliki pengawasan keamanan tinggi.

"Teknologi tinggi tidak akan memungkinkan taksi gelap itu beroperasi. Pemda dan kepolisian juga membantu kita, pemda mengurus masalah sosial, supaya bandara kita menjadi bagus. Tidak bisa main-main, ini bandara milik kita semua," tegasnya.

Proyek ambisius senilai Rp 11,7 triliun ini bakal mulai digarap pada tahun 2012. Meski desain baru sudah diluncurkan, namun belum sampai pada pembahasan detail proyek secara rinci.

"Kita mau model airport internasional tapi dengan traditional flavour. Tradisional ada unsur-unsur budaya Indonesia. Untuk detailnya sedang dibahas. Sekarang sedang dibuat detail desain, dan mulai tahun depan kita sudah berjalan pembangunan," terang Hari.



(mad/nrl)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Monorel yang Akan Dibuat JK di Makassar Asli Buatan Dalam Negeri

Makassar - Proyek monorel yang akan dibangun Jusuf Kalla (JK) di Makassar sejatinya akan menjadi proyek monorel pertama buatan anak negeri. Gerbong kereta dan sistem yang nanti akan digunakan merupakan rakitan PT Bukaka Teknik Utama, anak perusahaan PT Hadji Kalla. 

Sementara konstruksinya juga akan dikerjakan oleh PT Bumi Karsa yang masih bagian Kalla Group. Seluruh tenaga kerja juga akan diserap dari tenaga kerja asli Indonesia.

"Masak sudah 60 tahun merdeka, membuat monorel saja tidak mampu, ini harus kita bangun tanpa ada satu pun pihak asing yang terlibat, lihat Bandara Makassar tidak ada satu pun pihak asing yang terlibat," kata JK saat melakukan penandatanganan MoU dengan Walikota Makassar, Bupati Maros dan Bupati Gowa di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Senin (25/7/2011).

JK menambahkan, ia lebih mengutamakan kampung halamannya karena setiap ia berkunjung ke Makassar ia merasakan sumpeknya jalanan di Makassar. Setelah Makassar, ia berencana membangun di kota-kota lainnya, seperti Surabaya dan Bandung.

"Ide awal monorel ini sekitar dua bulan yang lalu, waktu itu saya ajak gubernur Sulsel dan walikota Makassar untuk berkeliling kota tanpa pengawalan. Yang kami rasakan memang luar biasa macetnya, jarak 14 km saja kita harus tempuh selama 1,5 jam," jelas Ketua Umum PMI ini.

Sementara menurut Solihin Kalla, yang juga putra JK, gerbong yang akan dibuat oleh PT Bukaka Teknik Utama mampu menampung sebanyak 276 penumpang di waktu normalnya dan 329 penumpang di waktu padatnya. 

"Dari sistem, monorel di Makassar hampir sama dengan yang ada di Kuala Lumpur, tapi kita mungkin lebih advance dari mereka," tutur Solihin.

Sementara pembiayaan proyek monorel sepanjang 30 kilometer ini akan menelan total biaya sekitar Rp 4 triliun dari Kalla Group. Meski demikian, lanjut Solihin, pihaknya masih terbuka bagi kalangan perbankan yang mau terlibat dalam proyek ini.

(mna/gun)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Amerika Turun Tangan Atasi Masalah Polusi di Jakarta

Jakarta - Jakarta mengadakan kerja sama dengan badan perlindungan lingkungan hidup Amerika Serikat, Enviromental Protection Agency (EPA). Kerja sama ini difokuskan untuk menangani polusi udara di Jakarta yang terus meningkat.

"Ini kunjungan kesekian kalinya. Kita sepakat melaksanakan program ini untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Program ini disebut dengan bernafas lega Jakarta atau Breathe Easy Jakarta (BEJ)," ujar Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, usai menerima Asisten Administratif Kantor EPA Bidang Internasional dan Kesukuan, Michelle J Depass, di Gedung Balaikota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2011).

Menurut Foke, salah satu bentuk aksi dalam program ini adalah melaksanakan uji emisi pada seluruh kendaraan yang ada di Jakarta. Program ini sekaligus tindak lanjut atas penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan AS yang diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta pada Juni lalu.

"Dengan adanya program ini diharapkan kadar polusi turun dengan signifikan. Karena polusi tidak mengenal batas negara. Jadi warga dunia harus bertindak dan bekerja bersama, lewat pemerintah dan dinas masing-masing," kata Foke.

"Apalagi Jakarta adalah satu-satunya provinsi yang sudah punya Perda pengurangan emisi (Perda No. 2/2005) yang bisa dijadikan landasan hukum program ini," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Michelle menjelaskan, Jakarta dan Indonesia sudah dua tahun menjalin kerja sama dalam rangka mengurangi tingkat polusi. Dengan kerja sama yang terjalin ini, AS berharap dapat mengeksplorasi dan mencari solusi untuk menjadi Jakarta yang lebih bersih.

"EPA akan menyediakan bantuan teknis, karena program ini penting juga bagi kami. Kota besar seperti Jakarta memberikan banyak kesempatan untuk kami mengeksplorasi masalah dan memikirkan jalan keluar untuk menyediakan perlindungan lingkungan dan kesehatan," kata Michelle.

Tidak hanya itu, Michelle berharap kerjasama ini mendatangkan efek positif bagi kelangsungan hidup warga Jakarta dan AS. Berdasarkan MoU yang telah disepakati, kerjasama ini akan berlangsung selama lima tahun.

"Kerjasama ini memungkinkan kami menyediakan perlindungan lingkungan dan kesehatan bagi warga kami. Juga memungkinkan kami melakukan penelitian dan analisa data bersama," tambahnya.

Kerjasama ini resmi dimulai hari ini. Kedua negara akan mengadakan pertemuan dan seminar-seminar yang berkenaan dengan fokus program yang disepakati.

"Diskusi ini penting untuk berbagi pikiran mengenai masalah-masalah ini. Dalam beberapa tahun ke depan, kami akan bekerja keras melakukan langkah-langkah perbaikan untuk masyarakat Jakarta," tegas Michelle.

"Dan kita harus serius melakukan perbaikan, bahkan setelah masa lima tahun ini selesai," tambah Michelle.

(lia/ndr)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS