34 Mal di Jakarta Penyebab Kemacetan
Jakarta - Akses menuju Bandara Soekarno-Hatta selama ini dikenal rawan macet. Calo tiket hingga taksi gelap juga berkeliaran. Apakah kedua hal tersebut bakal berubah seiring dengan pengembangan bandara tahun 2012 nanti?
Makassar - Proyek monorel yang akan dibangun Jusuf Kalla (JK) di Makassar sejatinya akan menjadi proyek monorel pertama buatan anak negeri. Gerbong kereta dan sistem yang nanti akan digunakan merupakan rakitan PT Bukaka Teknik Utama, anak perusahaan PT Hadji Kalla.
Sementara konstruksinya juga akan dikerjakan oleh PT Bumi Karsa yang masih bagian Kalla Group. Seluruh tenaga kerja juga akan diserap dari tenaga kerja asli Indonesia.
"Masak sudah 60 tahun merdeka, membuat monorel saja tidak mampu, ini harus kita bangun tanpa ada satu pun pihak asing yang terlibat, lihat Bandara Makassar tidak ada satu pun pihak asing yang terlibat," kata JK saat melakukan penandatanganan MoU dengan Walikota Makassar, Bupati Maros dan Bupati Gowa di rumah jabatan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Jl Jenderal Sudirman, Makassar, Senin (25/7/2011).
JK menambahkan, ia lebih mengutamakan kampung halamannya karena setiap ia berkunjung ke Makassar ia merasakan sumpeknya jalanan di Makassar. Setelah Makassar, ia berencana membangun di kota-kota lainnya, seperti Surabaya dan Bandung.
"Ide awal monorel ini sekitar dua bulan yang lalu, waktu itu saya ajak gubernur Sulsel dan walikota Makassar untuk berkeliling kota tanpa pengawalan. Yang kami rasakan memang luar biasa macetnya, jarak 14 km saja kita harus tempuh selama 1,5 jam," jelas Ketua Umum PMI ini.
Sementara menurut Solihin Kalla, yang juga putra JK, gerbong yang akan dibuat oleh PT Bukaka Teknik Utama mampu menampung sebanyak 276 penumpang di waktu normalnya dan 329 penumpang di waktu padatnya.
"Dari sistem, monorel di Makassar hampir sama dengan yang ada di Kuala Lumpur, tapi kita mungkin lebih advance dari mereka," tutur Solihin.
Sementara pembiayaan proyek monorel sepanjang 30 kilometer ini akan menelan total biaya sekitar Rp 4 triliun dari Kalla Group. Meski demikian, lanjut Solihin, pihaknya masih terbuka bagi kalangan perbankan yang mau terlibat dalam proyek ini.
(mna/gun)
Jakarta - Jakarta mengadakan kerja sama dengan badan perlindungan lingkungan hidup Amerika Serikat, Enviromental Protection Agency (EPA). Kerja sama ini difokuskan untuk menangani polusi udara di Jakarta yang terus meningkat.
"Ini kunjungan kesekian kalinya. Kita sepakat melaksanakan program ini untuk mengurangi polusi udara di Jakarta. Program ini disebut dengan bernafas lega Jakarta atau Breathe Easy Jakarta (BEJ)," ujar Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, usai menerima Asisten Administratif Kantor EPA Bidang Internasional dan Kesukuan, Michelle J Depass, di Gedung Balaikota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin (25/7/2011).
Menurut Foke, salah satu bentuk aksi dalam program ini adalah melaksanakan uji emisi pada seluruh kendaraan yang ada di Jakarta. Program ini sekaligus tindak lanjut atas penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan AS yang diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta pada Juni lalu.
"Dengan adanya program ini diharapkan kadar polusi turun dengan signifikan. Karena polusi tidak mengenal batas negara. Jadi warga dunia harus bertindak dan bekerja bersama, lewat pemerintah dan dinas masing-masing," kata Foke.
"Apalagi Jakarta adalah satu-satunya provinsi yang sudah punya Perda pengurangan emisi (Perda No. 2/2005) yang bisa dijadikan landasan hukum program ini," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Michelle menjelaskan, Jakarta dan Indonesia sudah dua tahun menjalin kerja sama dalam rangka mengurangi tingkat polusi. Dengan kerja sama yang terjalin ini, AS berharap dapat mengeksplorasi dan mencari solusi untuk menjadi Jakarta yang lebih bersih.
"EPA akan menyediakan bantuan teknis, karena program ini penting juga bagi kami. Kota besar seperti Jakarta memberikan banyak kesempatan untuk kami mengeksplorasi masalah dan memikirkan jalan keluar untuk menyediakan perlindungan lingkungan dan kesehatan," kata Michelle.
Tidak hanya itu, Michelle berharap kerjasama ini mendatangkan efek positif bagi kelangsungan hidup warga Jakarta dan AS. Berdasarkan MoU yang telah disepakati, kerjasama ini akan berlangsung selama lima tahun.
"Kerjasama ini memungkinkan kami menyediakan perlindungan lingkungan dan kesehatan bagi warga kami. Juga memungkinkan kami melakukan penelitian dan analisa data bersama," tambahnya.
Kerjasama ini resmi dimulai hari ini. Kedua negara akan mengadakan pertemuan dan seminar-seminar yang berkenaan dengan fokus program yang disepakati.
"Diskusi ini penting untuk berbagi pikiran mengenai masalah-masalah ini. Dalam beberapa tahun ke depan, kami akan bekerja keras melakukan langkah-langkah perbaikan untuk masyarakat Jakarta," tegas Michelle.
"Dan kita harus serius melakukan perbaikan, bahkan setelah masa lima tahun ini selesai," tambah Michelle.
(lia/ndr)
Orang boleh tidak suka hal-hal buruk metropolis Jakarta. Tapi nyatanya di Indonesia inilah kota yang paling banyak dibuatkan lagu, puisi, film dan lain-lain bentuk seni tentangnya.
Apakah Anda ingat lagu-lagu Iwan Fals, Benyamin Sueb, Titiek Puspa dan Guruh Soekarnoputra, serta pusi-puisi Goenawan Mohamad, Sitor Situmorang dan film-film Bing Slamet? Saya yakin, bahkan beberapa di antara kita—banyak, mungkin—suatu ketika pasti pernah diam-diam mencoba menulis puisi atau sekedar aforisme tentangnya.
Dengan kata lain, metropolis ini paling pemberi ilham. Semua punya arti (Sitor Situmorang). Semua dapat tempat (Chairil Anwar). Seorang teman saya, gurubesar dan peneliti Amerika yang sudah terkenal dengan beberapa bukunya, sedang menyusun teori perkotaan serius berdasarkan ilham yang dia dapat dengan menelusuri kampung-kampung di Jakarta Utara.
Jakarta besar sekali, dan padat sekali. Segala hal buruk dan baik ada padanya. Orang senantiasa berupaya mengakalinya untuk sekadar hidup atau justru menggapai ambisi besar yang tidak mungkin di kota lain. Sebagian orang, mungkin mayoritas malah, merasa kota ini “membentuk aku atau mematahkan aku” (nah ini suatu aforisme yang sering kita dengar tentang metropolis).
Sebaliknya tidak mungkin. Tidak mungkin “aku kebanyakan” mengubahnya. Ia mungkin akan tetap penuh korupsi. Bagian tertentunya busuk dan penuh dosa. Tapi aspalnya, setidaknya di bagian-bagian utamanya, bagaimanapun juga adalah yang paling mulus. “Hitam, bersih dan berguna pula,” kata Bertold Brecht, penulis modernis Jerman itu, di dalam puisinya Kota Aspal. “Apa salahnya aspal/Aku suka aspal/Hanya kubangan air saja yang iri,” lanjutnya.
Tapi bukankah Ali Sadikin pernah berhasil mengubahnya (sebentar?), bukan dipatahkannya, meskipun barangkali beliau juga dibentuk olehnya? Dan anehnya, sekarang ini ternyata dikatakan setidaknya ada 14 orang yang merasa mampu mengubahnya, dan akan mencalonkan diri sebagai Gubernur Jakarta tahun depan. Kita lihat nanti akhirnya berapa yang sungguh akan bertarung.
Tapi Anda sendiri, apakah Anda yakin Jakarta dapat diubah—menjadi lebih baik tentunya? Saya tahu kita semua punya rasa benci-tapi-rindu (Bahasa Inggrisnya: hate-and-love) terhadap Jakarta. Tapi, apakah kita juga terombang-ambing antara perasaan mampu dan tidak mampu mengubahnya menjadi lebih baik? Tahun depan, ketika pemilihan gubernur, kita harus punya sikap.
Marco Kusumawijaya adalah arsitek dan urbanis, peneliti dan penulis kota. Dia juga direktur RujakCenter for Urban Studies dan editor http://klikjkt.or.id.