"Mari kita bangun dunia dari mimpi dan jangan takutlah untuk bermimpi karena hidup berawal dari mimpi"

Pertemuan Gubernur ASIA-EROPA : Perbanyak Transportasi Massal

JAKARTA, KOMPAS.com- Walikota Berlin, Klaus Wowereit, memberikan masukan sangat bagus bagi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Menurut dia, Jakarta harus memperbanyak investasi dalam pengembangan transportasi massal.
Klaus Wowereit adalah salah satu pemimpin delegasi dalam Pertemuan Asia Eropa atau Asia-Europe Meeting (ASEM) untuk para gubernur dan walikota di Hotel Kempinski Jakarta, 28-29 Oktober.
Menurut Wowereit, Berlin memang tidak sepadat Jakarta. Penduduknya hanya empat juta jiwa. Namun, sebagai megapolitan, Jakarta harus segera mengupayakannya.
"Anda dapat berinvestasi sistem transportasi publik. Untuk lalu lintas, kita dapat memperbaiki sistem transportasi publik, membuat jalur-jalur bis, kereta cepat bawah tanah, dan sistem perkeretaapian di daerah pinggiran. Ini adalah tujuan di masa yang akan datang," katanya seusai mengikuti sesi 'The Creative City: Re-imaging the City for a Livable Future' di Hotel Kempinski, Kamis (28/10/2010).
Wowereit menyarankan agar kota besar tidak lagi berinvestasi di jalanan, tapi menambah infrastruktur transportasi publik. Wowereit berharap Jakarta dan Berlin dapat bekerja sama karena Berlin juga memiliki pengalaman membangun infrastruktur untuk lalu lintas publik.
Wowereit juga menyambut baik pertemuan ASEM ini sebagai sarana diskusi dan kerja sama antarkota besar di seluruh dunia. Di forum ini, kota-kota besar bisa terhubung dan berjejaring untuk berbagi pengalaman dan mendiskusikan cara masing-masing. "Anda dapat meniru hal-hal yang baik dari kota lain," tandasnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pindah Ibu Kota Bukan karena Frustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Wacana pemindahan ibu kota Jakarta ke Kalimantan bukanlah karena bentuk frustrasi, melainkan untuk menghentikan subyektivitas yang berlangsung selama ini.
Demikian disampaikan salah satu anggota tim Visi Indonesia 2033, Andrinof A Chaniago, Kamis (28/10/2010), saat memaparkan visi memajukan Indonesia dalam diskusi "Visi Indonesia 2033" di Wisma Nusantara, Jakarta.
"Agenda strategis yang perlu dilakukan adalah melawan subyektivitas dengan menempatkan ibu kota di tengah-tengah, yaitu di Kalimantan," ujar pengamat politik Universitas Indonesia ini.
Menurutnya, Kalimantan selama ini hanya menjadi sumber pendapatan negara yang sangat besar karena potensi alamnya. "Tapi semua itu masuk ke Jakarta. Kalau misalnya ibu kota dipindahkan ke Kalimantan, tentu ini juga akan meratakan," ucap Andrinof.
Ia menjelaskan, hal yang paling memungkinkan dilakukan dalam kaitannya dengan wacana pemindahan ibu kota adalah dengan memindahkan fungsi Jakarta sebagai pusat pemerintahan, bukan memindahkan fungsi bisnisnya.
"Jakarta sebagai pusat binsis perdagangan susah dipindahkan karena aset sebagian besar milik privat. Sementara itu, pelayanan pemerintahan bisa dipindah dengan mudah. Dengan itu, Jakarta lebih mudah ditata," ungkap Andrinof.
Untuk memindahkan ibu kota, lanjut Andrinof, diperkirakan membutuhkan waktu selama sepuluh tahun. "Untuk recovery kota, untuk mudah menatanya, maka pilihan paling tepat adalah pindahkan ibu kota ke luar Jawa," tandas Andrinof.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Inilah 17 Langkah Atasi Kemacetan


JAKARTA, KOMPAS.com 
 Untuk mengatasi persoalan kemacetan lalu lintas di Jakarta, berbagai opsi pun muncul. Di antaranya memindahkan ibu kota negara dan ibu kota pemerintahan serta 17 langkah lain dalam mengatasi kemacetan.
Untuk jangka pendek, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Djohermansyah memilih opsi 17 langkah itu sebagai prioritas. Adapun dua opsi lain masih harus memerlukan kajian.
Lalu, apa saja sebenarnya 17 langkah itu? Berikut ini rinciannya:
01. Penerapan eletronic road pricing (ERP).
02. Sterilisasi dan penambahan jalur transjakarta.
03. Perbaikan jalan.
04. Kebijakan perpakiran.
05. Penetapan harga gas bagi angkutan transportasi.
06. Restrukturisasi angkutan jalan raya.
07. Perbaikan pengelolaan angkutan kereta api.
08. Pembuatan jalur ganda berganda (double-double track) kereta api.
09. Pembangunan jalur rel kereta api lingkar dalam kota.
10. Penambahan jalan tol.
11. Peninjauan penggunaan kendaran kecil bagi angkutan transportasi sampai larangan angkutan liar.
12. Merealisasikan pembangunan sarana dan jalur transportasi massal atau mass rapid transit(MRT).
13. Pemanfaatan monorel.
14. Kereta api ke Bandara Soekarno-Hatta hingga Stasiun Manggarai.
15. Pembentukan badan otoritas transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
16. Sarana transportasi terpadu Jabodetabek hingga pengedalian jumlah kendaraan.
17. Penyiapan lahan parkir di dekat-dekat stasiun kereta api di Kabupaten Bogor dan Provinsi Tangerang
.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

BKT Bukan Satu-satunya Resep Bebas Banjir

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk menuntaskan penanggulangan banjir di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melakukan proyek secara bertahap, termasuk membangun dua waduk dan mengeruk saluran-saluran drainase yang tersumbat. Ini dilakukan untuk mendukung pemfungsian Banjir Kanal Timur yang sudah menembus ke laut.
Gubernur DKI Fauzi Bowo mengatakan, setelah terbangunnya Banjir Kanal Timur (BKT) yang memotong lima sungai di Jakarta Timur, bukan berarti masalah banjir di Jakarta sudah terselesaikan.
Pemfungsian BKT, katanya, ditujukan untuk mengurangi banjir di wilayah utara dan timur Jakarta. BKT ini pun harus didukung dengan pembangunan dua waduk di Cilincing, Jakarta Utara, yakni di Kelurahan Rorotan dan Marunda. Di dua wilayah tersebut, belum ada waduk untuk menampung air hujan dengan sistem polder atau pompa.
"Paling sedikit dua waduk ini harus diselesaikan untuk bisa menjamin supaya wilayah (Jakarta) timur itu sepenuhnya berfungsi," kata Fauzi Bowo seusai shalat Jumat di Balai Kota DKI, Jumat (8/10/2010).
"Jangan terus bilang, sudah ada Banjir Kanal Timur, kok masih ada genangan," ujarnya.
Sejak dibangunnya BKT, Pemprov DKI mengklaim ada 16 lokasi yang dulunya dilanda banjir kini terbebas dari air bah. Tapi, di sejumlah kawasan seperti Pulogadung dan DI Panjaitan, masih timbul genangan air saat hujan deras mengguyur Jakarta.
Genangan-genangan ini, kata Fauzi Bowo, akan ditanggulangi dengan pengerukan saluran drainase.
Diberitakan sebelumnya, Pemprov DKI sedang berusaha mengatasi genangan air di 106 lokasi akibat meluapnya air di saluran drainase sekitar jalan arteri dan kolektor.
Normalisasi saluran-saluran itu akan dilakukan secara bertahap sehingga seluruh lokasi itu bisa bebas dari genangan pada 2012.
"Jangan masyarakat itu punya persepsi, dengan satu langkah (pembuatan BKT) semuanya beres. Ini memang pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi dan kami bekerja sesuai dengan pentahapan," kata Fauzi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Indonesia Punya Cadangan Uranium Sedikitnya 53.000 Ton

Jakarta (ANTARA) - Indonesia memiliki cadangan uranium 53 ribu ton yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yakni sebanyak 29 ribu ton di Kalimantan Barat dan 24 ribu ton sisanya ada di Bangka Belitung.
"Selain itu Papua juga diindikasikan memiliki cadangan uranium yang cukup besar. Tapi soal ini masih akan diteliti dulu," kata Deputi Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Dr Djarot S Wisnubroto kepada pers di Jakarta, Selasa malam.
Perkiraan bahwa Pulau Papua menyimpan cadangan uranium atau bahan baku nuklir dalam jumlah besar didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di dunia, ujarnya.
Jika suatu PLTN seukuran 1.000 MW membutuhkan 200 ton Uranium per tahun, maka dengan cadangan di Kalbar saja yang mencapai 29 ribu ton Uranium, urai Djarot, itu berarti bisa memasok Uranium selama 145 tahun.
"Namun demikian tidak berarti kita akan memproduksi Uranium sendiri untuk PLTN. Karena untuk kondisi sekarang harga Uranium cukup murah, kita lebih efisien membeli saja dari negara lain. Cadangan Uranium bisa digunakan untuk kebutuhan masa depan," katanya.
Menurut Djarot, untuk menjadi bahan baku PLTN, Uranium hasil penambangan harus diproses lebih dulu melalui purifikasi atau pemurnian yang menjadikan bahan Uranium ke tingkat kemurnian yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan bebas dari unsur-unsur pengotor lainnya.
Lalu dilakukan pengayaan untuk meningkatkan kadar 235U sehingga menjadi 2-4 persen dan akhirnya fabrikasi untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir, misalnya berbentuk pelet dengan diameter 10 mm.
"Untuk bahan baku Uranium di Reaktor Nuklir Riset di Serpong, kita memang membelinya dari luar, tapi harus diingat, bahwa kita memfabrikasi Uranium itu sendiri di dalam negeri," katanya.
Djarot juga menegaskan, bahwa suatu PLTN membutuhkan teknologi pengolahan limbah dan tempat pembuangan lestari karena tingkat radioaktivitas limbah nuklir tidak mungkin dilepas atau dibuang langsung ke lingkungan.
Lokasi pembuangan lestari limbah nuklir, urainya, haruslah di lokasi yang bebas gempa dan memiliki lokasi jebakan limbah sehingga tidak akan lari ke lingkungan serta jenis tanah liat.
"Selama ini memang kamilah yang mengolah limbah radioaktif dari industri dan rumah sakit. Sedangkan limbah akhirnya misalnya dari reaktor yang ada di Serpong, kita kembalikan ke negara asal," katanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Mud Volcano, Indikasi Kehidupan di Mars

CALIFORNIA, KOMPAS.com - Jika kehidupan di Mars benar-benar ada, ilmuwan percaya indikasinya dapat ditemukan di dataran utara Acidalia Planitia yang terdapat mud volcanosejenis aktivitas vulkanik lumpur di Porong, Sidoarjo.
Acidalia Planitia memiliki struktur geologi yang memuntahkan sedimen bawah tanah yang berlumpur. Sedimen ini mungkin mengandung bahan organik yang dapat menjadi penanda adanya kehidupan di masa lampau.

“Jika ada kehidupan di Mars, mungkin mereka akan berkembang di lingkungan yang kaya cairan,” kata pemimpin studi Dorothy Oehler, ilmuwan riset di Direktorat Eksplorasi Ilmiah dan Penelitian Astromaterial di Johnson Space Center, NASA.

“Gunung berapi yang mengandung lumpur ini merupakan indikator dari permukaan yang kaya fluida. Ini membawa ke kedalaman bawah permukaan yang mungkin sulit kita amati.”

Oehler dan asistennya Carlton Allen mempublikasikan penelitian ini di Icarus.
Mereka berhasil memetakan untuk pertama kali, lebih dari 18.000 gundukan melingkar. Keduanya memperkirakan muncul lebih dari 40.000 gundukan lumpur di daerah tersebut.

Oehler dan Allen menganalisis gambar dari Mars Reconnaissance Orbiter yang memungkinkan mereka menganalisis struktur beberapa gundukan serta fitur aliran lumpur. Data tersebut juga mengandung informasi mineral dari gundukan lumpur.

Mud volcano merupakan struktur geologi di mana campuran gas, cairan dan batuan halus yang ada beberapa kilometer bawah tanah terpaksa naik ke permukaan. Di bumi, mud volcano memiliki peran penting bagi industri minyak. Wilayah ini mampu memprediksi keberadaan minyak bumi.

“Jika kehidupan benar-benar ada di bagiah bawah permukaan, keberadaan air dan materi lain yang terkandung di lumpur akan terangkat ke atas tanah. Sehingga setidaknya proses ini dapat diteliti kembali,” kata Kenneth Tanaka, ilmuwan dari Astrogeology Science Center of the US Geological Survey.

“Kami percaya bahwa Acidalia merupakan tempat yang tepat bagi kehidapan karena memiliki sumber air yang berlimpah,” kata Oehler.

“Ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk mencari kehidupan yang mungkin berkembang di Mars.” (Space/Msnbc/Satwiko Rumekso)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Indonesia Siap Kembangkan Nuklir

JAKARTA, KOMPAS.com — Energi nuklir sebagai energi alternatif tidak akan dilewatkan begitu saja. Pemerintah Indonesia menyatakan siap untuk memanfaatkan energi nuklir untuk berbagai keperluan, termasuk bagi pembangkit listrik bertenaga nuklir atau reaktor nuklir. 

Saat ini, energi nuklir merupakan bagian dari kebijakan energi nasional yang masih dalam perumusan akhir oleh Dewan Energi Nasional. Jika kebijakan itu sudah ditetapkan oleh pemerintah, Kementerian Riset dan Teknologi siap untuk menyosialisasikan dan mempersiapkan rencana pembangunan reaktor nuklirnya.
Penegasan itu disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata kepada Kompas, seusai menghadiri buka puasa bersama dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di halaman tengah Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (20/8/2010) malam lalu.
Sebelumnya, Suharna diminta tanggapannya mengenai pernyataan Wakil Presiden Boediono di hadapan Peserta Program Reguler Angkatan XLIV Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), yang meminta agar energi nuklir jangan sampai dilewatkan sebagai opsi bagi pemenuhan energi selain juga minyak, gas, dan batu bara serta lainnya.
"Kalau kebijakan energi nasional dengan energi nuklir sebagai salah satu alternatif sudah ditetapkan, Kementerian Riset dan Teknologi siap menjalankan tugas yang sudah diberikan, yaitu sosialisasi dan mempersiapan diri pembangunannya (reaktor nuklir)," tandas Suharna.
Menurut dia, kesiapan Indonesia untuk memanfaatkan energi nuklir, termasuk membangun reaktornya, sudah terbukti lama.
"Kalau soal kesiapan, kita siap sudah lama. Kita sudah pernah membangun reaktor sudah dari tahun 1960-an, 1970-an, dan 1980-an, meskipun hanya untuk riset. Akan tetapi, kita siap," tambahnya.
Rencana pembangunan reaktor nuklir, lanjut Suharna, tidak pernah ditunda. "Kita terus mematangkan rencana kita untuk menyiapkan kebijakan energinya dnegan alternatif itu (nuklir). Jika kebijakannya itu sudah ada, bagian kita akan mempersiapkan pembangunannya itu," jelasnya.
Suharna kemudian menyebutkan sejumlah reaktor nuklir yang pernah dibangun untuk kajian seperti di Serpong (Banten), Bandung (Jawa Barat), dan Yogyakarta. Lebih jauh tentang rencana pembangunan reaktor nuklir, Suharna menambahkan sejumlah daerah menyatakan minatnya untuk membangun.
Sejumlah daerah mempunyai perhatian besar untuk energi nuklir. Bahkan, daerahnya menawarkan diri untuk lokasi pembangunan reaktor nuklir. Jadi, alternatif lokasinya tidak hanya di Gunung Muria, Jawa Tengah, tetapi sudah ada di beberapa tempat.
"Seperti di Kalimantan dan Bangka Belitung yang menginginkan, Serang (Banten) pun juga menginginkan tempatnya dipakai untuk reaktor nuklir," demikian Suharna menambahkan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Biarkan Jakarta Jadi Kota Komersil

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPR Marzuki Alie menyambut baik wacana pemindahan Ibu Kota Jakarta. Kota Palangkaraya di Kalimantan Tengah, dinilainya, sebagai kota terbaik yang bisa dijadikan pusat pemerintahan.
"Kalimantan Tengah bagus, biar pembangunan menyebar. Dari timur ke tengah, dari barat ke tengah. Pas itu, dari mana-mana gampang dicapai," kata Marzuki, seusai memimpin rapat paripurna, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (30/7/2010).
Jakarta dinilainya sudah tak layak menjadi ibu kota negara, di mana pusat pemerintahan dan pusat bisnis di dalamnya. "Jakarta sudah ruwet, semua macet. Ini menyebabkan inefisiensi luar biasa, waktu terbuang, tidak produktif. Banyak ruginya," ujar politisi Partai Demokrat ini.
Yang dipindahkan, menurutnya, hanya aktivitas pemerintahan. Sedangkan Jakarta bisa dijadikan sebagai kota komersil dan pusat bisnis. "Jakarta kita jadikan saja kota bisnis, komersil. Infrastruktur yang ada dibuat untuk kepentingan bisnis. Istana Negara bisa jadi museum. Kayak bangunan BI di Kota, jadi Museum BI. Jadi kota wisata juga," kata dia.
Mengenai pembahasan lebih jauh mengenai wacana tersebut, dikatakan Marzuki, merupakandomain pemerintah. Akan tetapi, DPR siap mendukung dan mendorong dari sisi alokasi anggaran. "Lebih cepat diwujudkan lebih baik. Kalau mau, dalam lima tahun bisa kok. Jadi ada peninggalan bersejarah," ujar Marzuki.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pembangunan Superblock Sumbang Kemacetan

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya angka urbanisasi di Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya berdampak pada tingginya kebutuhan berbagai fasilitas kota, terutama permukiman dan sistem transportasi yang memadai. Bahkan, urbanisasi juga turut menjadi penyumbang besar kemacetan lalu lintas (Lalin) di Ibu Kota, karena telah menimbulkan pembangunan kawasan-kawasan superblock yang mengakibatkan penambahan jumlah unit kendaraan bermotor ke kota Jakarta.

Salah satu anggota Visi Indonesia 2033, M Jehansyah Siregar, mengatakan, mengatasi kemacetan lalu lintas tidak bisa hanya dengan mereformasi sistem transportasi angkutan umum. Tapi juga harus dengan pembatasan pembangunan superblock yang saat ini sudah semakin marak. Seperti yang terdapat di kawasan Sudirman Center Business District (SCBD) dan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

“Keberadaan superblock itu justru penyumbang besar kemacetan di Jakarta. Coba hitung saja berapa jumlah karyawan yang bekerja di dua kawasan tersebut. Mereka pada umumnya menggunakan sepeda motor dan mobil pribadi karena jarak tempuh bangunan yang cukup jauh satu dengan yang lain,” kata Jehansyah di Jakarta, Kamis (29/7/2010).
Sementara, kalangan yang mampu tinggal di kawasan superblock hanya sedikit sekali, sehingga tidak memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan kemacetan. Pihak yang mengklaim kawasan superblock dapat mengurangi pergerakan transportasi karena hunian dan tempat kerja berada di satu lokasi, sama sekali tidak benar.

Justru, keberadaan superblock di tengah-tengah kota menjadi generator pembangkit pergerakan kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua dari berbagai arah ke suatu simpul tujuan. Keadaan ini berpotensi menimbulkan kemacetan yang parah di sekitar kawasan superblock tersebut.
Karenanya Jehansyah mengusulkan, daripada membangun kawasan superblock, lebih baik Pemprov DKI melakukan penataan fungsi campuran di simpul-simpul perhubungan yang dinilainya akan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas secara signifikan.

“Di dalam penataan sistem jaringan perhubungan, penataan simpul akan jauh lebih efektif ketimbang pembangunan kawasan superblock,” ujarnya.
Penataan simpul-simpul perhubungan bisa dilakukan di simpul-simpul utama, yaitu Terminal Kalideres, Pulogadung, Harmoni-Gambir, Blok M, Senen, Pasar Minggu dan Jatinegara. Penataan dilakukan dengan menampung permukiman multi strata dan guna lahan campuran. Seperti bisa dibangun pasar-pasar tradisional maupun supermall, stasiun, terminal, rumah sakit dan berbagai fasilitas sosial ekonomi dari multi strata ekonomi.

Pengendalian guna lahan dan guna bangunan dalam radius tertentu di wilayah simpul tersebut harus dilakukan dengan sangat ketat dan terencana dengan baik. Berbagai instrumen pengendalian seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Disain Tata Ruang (RDTR), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Penggunaan Peruntukan Tanah (SIPPT) harus dikelola dengan sungguh-sungguh. Sehingga kawasan tersebut memiliki nilai kepentingan publik yang tinggi.

Pakar kebijakan publik, Andrinof Chaniago, mengatakan, penataan simpul-simpul utama perhubungan itu di dalamnya harus dibangun rumah susun sederhana, terutama dengan sistem sewa. Setidaknya perlu dibangun dalam radius hingga 1 kilometer.
“Sehingga warga yang bekerja di sekitar kawasan tersebut dapat menempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Karena itu perlu dilengkapi pedestrian dan jalur sepeda sehingga memudahkan semua warga yang tinggal di sekitar simpul tersebut mencapai transportasi umum terdekat,” kata Andrinof.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Atur Permukiman Kumuh di Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman kumuh di Jakarta banyak tersebar dan perlu untuk ditata. Pembenahan permukiman masyarakat kalangan bawah tersebut perlu untuk pembangunan kota bebas kumuh dan perumahan penduduk
"Permukiman kumuh banyak di Jakarta. Penting untuk ditangani," ucap Jehansyah Siregar, ahli perumahan permukiman dan transportasi, dalam diskusi tim visi Indonesia 2033 mengenai Menata Pemukiman dan Membangun Perumahan untuk Keluar dari Ancaman Kemacetan Total di Jakarta, Kamis (29/7/2010) di Jakarta.
Menurutnya, lahan-lahan terlantar di Jakarta masih banyak, sekitar 20-30 persen. Lahan-lahan terlantar ini harus segera diidentifikasi pemerintah Jakarta untuk pemindahan permukiman kumuh. "Bukan pengen rumah kumuh dibongkar, namun dipindah ke lahan terlantar tersebut, ditata dengan baik. Ini sebagai prakarsa kota bebas kumuh," tuturnya.
Diungkapkannya, banyak para investor yang tidak jadi membangun lahan yang telah dibeli dan direncanakannya untuk pembangunan. Lahan-lahan inilah yang harus diketahui dan didata pemerintah. Pendataan tersebut berguna agar masyarakat kalangan bawah yang tinggal di pemukiman kumuh dapat dipindah ke lahan terlantar tersebut.
"Ini penting agar masyarakat Jakarta ada akses untuk lahan perumahan, selama ini sulit karena kurang lahan. Pemukiman kumuh di Jakarta sekarang telah meluas dan memadat, harus segera dipindah agar ada lahan kosong untuk pembangunan," jelasnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pindahkan Ibu Kota..?

KOMPAS.com — Kemacetan Jakarta dan sekitarnya, yang menjadi sorotan utamaKompas dalam beberapa hari terakhir, kiranya tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomis (Kompas, 26/0710). Kerugian yang dialami juga menyangkut kerugian sosial dan psikis.

Secara psikis, Jakarta sangat tidak sehat, bukan saja karena terjadi polusi yang parah, melainkan juga karena kemacetan di jalan raya menimbulkan berbagai tekanan psikologis atau stres.

Demikian pula, secara sosial, kemacetan di jalan membuat relasi sosial menjadi penuh konflik, tidak saja di antara para pengendara di jalan, tetapi juga berdampak sampai ke kantor dan rumah tangga. Hubungan sosial penuh ketegangan akibat beban psikis yang dialami di jalan.

Oleh karena itu, sesungguhnya Jakarta bukan hanya sebuah kota yang sangat tidak ramah lingkungan, melainkan juga sangat tidak ramah secara sosial dan psikis. Dengan kondisi seperti itu, kiranya pembenahan transportasi umum, termasuk perluasan, penambahan, dan keterpaduan atau sinergi transportasi umum tidak akan banyak membawa hasil memadai. Itu hanya solusi jangka pendek sementara.

Yang dibutuhkan untuk jangka panjang adalah terobosan lebih radikal dan revolusioner. Kami mengusulkan tiga solusi. Sembari membenahi transportasi umum dan solusi lain yang bersifat tambal sulam, kendati sangat perlu, ketiga solusi harus segera diputuskan pemerintah pusat.

Pindahkan ibu kota

Usul pertama, pindahkan ibu kota. Ini usul dan langkah paling radikal. Banyak negara melakukan itu dan berhasil mengatasi kemacetan di ibu kota negaranya. Bung Karno, presiden pertama, telah berpikiran visioner menyiapkan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sebagai calon ibu kota RI sejak 1960-an.

Melanjutkan visi Bung Karno, sebaiknya ibu kota baru berada di luar Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur. Ada banyak keuntungan positif untuk itu.

Pertama, pemindahan ibu kota jangan dilihat sebagai beban ekonomi karena besarnya dana yang dialokasikan. Ini harus dilihat sebagai peluang ekonomi yang sangat menggiurkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang akan mengerjakan persiapan, pembangunan, dan relokasi ibu kota tersebut. Akan dibutuhkan waktu 5-10 tahun untuk realisasi, dan itu peluang ekonomi yang sangat baik.

Kedua, dari segi politik, pemindahan ibu kota ke luar Jawa dan Indonesia bagian timur (IBT) akan serta-merta menggeser episentrum pembangunan nasional dari Jawa dan Indonesia bagian barat (IBB). Ini akan menjadi sebuah langkah dan peluang pemerataan pembangunan ke IBT untuk memberi kesempatan lebih besar bagi berkembangnya wilayah luar Jawa, khususnya IBT.

Ketiga, selain untuk mengatasi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya, ini sekaligus menjadi peluang untuk membangun sebuah ibu kota baru dengan tata ruang, jaringan, dan pola transportasi yang jauh lebih ramah lingkungan, ramah secara sosial dan psikis, atau jauh lebih manusiawi.

Kita bangun ibu kota baru dengan sistem transportasi multimoda yang ramah lingkungan, nyaman, aman, dan mudah dijangkau. Kita bangun sebuah ibu kota baru dengan hutan kota yang asri, tempat-tempat rekreasi umum yang ramah secara sosial, dengan berbagai fungsi sosial yang futuristik untuk kehidupan modern, tetapi dengan warna etnik yang khas.

Pilihan di Kalimantan lebih diutamakan mengingat Kalimantan bebas dari pusat gempa.

Penyebaran kementerian

Usul kedua yang jauh lebih moderat, semua kementerian disebar ke beberapa wilayah RI sesuai dengan kondisi provinsi kita. Ambil saja sebagai contoh, Kementerian Kehutanan di Kalimantan atau Papua. Kementerian Kelautan dan Perikanan di Ambon. Kementerian Perindustrian di Surabaya. Kementerian Pendidikan di Yogyakarta.

Kemudian Kementerian Pariwisata di Bali. Kementerian Perdagangan di Jakarta atau Batam. Kementerian ESDM di Kalimantan atau Sumatera. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal di IBT agar benar-benar fokus pekerjaannya lebih diarahkan untuk pembangunan daerah tertinggal di IBT, dan seterusnya.

Cara ini akan menarik banyak pihak untuk mendesentralisasikan usaha atau minimal kantor pusatnya mengikuti kantor kementerian untuk memudahkan kegiatan usahanya. Maka, tak lagi semua perusahaan berkantor pusat di Jakarta.

Dari segi tata kelola pemerintahan, tidak ada banyak kendala karena berbagai rapat kabinet bisa dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi komunikasi modern.

Pembatasan

Kalau usulan kedua masih dianggap merepotkan karena berbagai kendala teknis menyangkut koordinasi lintas kementerian, usul ketiga yang sangat soft adalah pembatasan pembangunan di beberapa bidang. Namun, ini merupakan sebuah keharusan paling minim yang tidak boleh tidak segera dilaksanakan.

Tepatnya, usul ini berupa larangan bagi pembangunan baru untuk minimal tiga bidang. Pertama, tidak boleh ada lagi penambahan pembangunan mal atau pusat perbelanjaan baru di Jakarta. Apabila perlu, tidak boleh ada lagi penambahan mal baru di Jabodetabek. Dengan larangan ini, tidak akan ada lagi penambahan urbanisasi tenaga kerja baru ke Jakarta untuk bekerja di pusat-pusat perbelanjaan dan pertokoan tersebut.

Kedua, tidak boleh ada lagi hotel baru dibangun di Jakarta. Dengan otonomi daerah, seharusnya berbagai kegiatan pemerintahan telah dilaksanakan di daerah. Oleh karena itu, seharusnya daerahlah yang didorong membangun hotel baru sejalan dengan bergeraknya uang ke daerah.

Ketiga, sudah saatnya pembangunan universitas baru dilarang di Jakarta dan sekitarnya. Dengan jalan itu, pemerintah berketetapan untuk mengembangkan universitas baru, negeri dan swasta, yang berkualitas dan murah di daerah. Tenaga-tenaga dosen muda di daerah diberi kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan di luar negeri untuk kembali mengajar di daerah.

Sementara dosen-dosen berkualitas di Jawa diberi kesempatan mengajar di daerah dan tidak perlu berpusat di Jakarta atau Jawa. Dengan jalan ini, putra-putra daerah, para calon mahasiswa, bisa mendapat peluang memperoleh pendidikan tinggi di daerahnya sekaligus mengabdi di daerahnya setelah lulus kelak.

Ketiga usulan mengandaikan persoalan kemacetan Jakarta harus diputuskan pada level pemerintah pusat, presiden dan kabinet, dengan melibatkan DPR. Ini harus menjadi sebuah keputusan politik nasional yang akan sangat menentukan nasib Jakarta dan nasib bangsa seluruhnya ke depan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Benahi Dulu Kendaraan Umumnya...

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk membatasi penggunaan sepeda motor mendapat tentangan dari sejumlah pihak. Sejumlah pengendara sepeda motor alias bikerjuga menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana ini.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rekso Purnomo, seorang wartawan media online di Jakarta. Sebagai pekerja media, Rekso memiliki mobilitas yang tinggi. Dia bisa berpindah lokasi liputan hingga beberapa kali dalam sehari. Untuk menunjang mobilitasnya, dia pun memilih moda transportasi sepeda motor.

"Saya tidak sepakat kalau justru motor yang dibatasi. Sekarang ini kan belum ada transportasi massal yang memadai. Bagaimana kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi kalau motor dibatasi, sementara kendaraan umumnya masih seperti sekarang ini," kata Rekso, Rabu (28/7/2010) di Jakarta.

Dia pun mempertanyakan soal mekanisme pembatasan penggunaan kendaraan tersebut. Menurutnya, jika pada jam tertentu sepeda motor dilarang lewat pada jalur-jalur tertentu, maka hal ini akan membingungkan para pengendara motor. "Nanti yang naik motor jadi bingung. Seandainya mau ke Sudirman, lalu dilarang, bagaimana mau bisa sampai tujuan," katanya.

Kalaupun pemerintah berniat mengurai benang kusut kemacetan di Jakarta, menurut Rekso, seharusnya fokus pada pembenahan sektor transportasi massal. "Benahi saja dulu kendaraan umumnya. Misalnya, bus transjakarta diperbanyak dan diperluas. Kalau sudah baik, pasti juga banyak yang pakai," ujarnya.

Pendapat serupa dikatakan Djohan Effendy. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi ini mengaku keberatan jika ada kebijakan semacam itu. Pemuda yang tinggal di daerah Kranggan, Bekasi, ini sehari-hari menggunakan sepeda motor untuk menuju kampusnya di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

"Kalau dipaksa naik angkot, saya bisa berapa jam di perjalanan. Tahu sendiri kan angkot di Jakarta kayak gimana. Udah enggak nyaman, macet pula," katanya.

Mahasiswa jurusan Teknik Industri ini menilai, kebijakan seperti itu hanya akan mengorbankan masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Dia mengatakan, masyarakat yang ekonominya terbatas justru memilih sepeda motor karena faktor murah dan cepat. "Ya, kalau sekarang dibatasi lagi, ini kan malah nambah menyusahkan masyarakat," ucapnya.

Djohan juga meminta agar Pemprov DKI mengkaji ulang rencana pembatasan penggunaan sepeda motor. Menurutnya, akan lebih baik jika kendaraan roda empat yang dibatasi. "Kalau mobil kan lebih boros. Kadang-kadang ada mobil tapi cuma satu orang di dalamnya. Ini lebih boros kendaraan daripada penumpang. Ya, mestinya mobil dulu yang dibatasi," tambah Djohan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS