"Mari kita bangun dunia dari mimpi dan jangan takutlah untuk bermimpi karena hidup berawal dari mimpi"

Biarkan Jakarta Jadi Kota Komersil

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua DPR Marzuki Alie menyambut baik wacana pemindahan Ibu Kota Jakarta. Kota Palangkaraya di Kalimantan Tengah, dinilainya, sebagai kota terbaik yang bisa dijadikan pusat pemerintahan.
"Kalimantan Tengah bagus, biar pembangunan menyebar. Dari timur ke tengah, dari barat ke tengah. Pas itu, dari mana-mana gampang dicapai," kata Marzuki, seusai memimpin rapat paripurna, di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (30/7/2010).
Jakarta dinilainya sudah tak layak menjadi ibu kota negara, di mana pusat pemerintahan dan pusat bisnis di dalamnya. "Jakarta sudah ruwet, semua macet. Ini menyebabkan inefisiensi luar biasa, waktu terbuang, tidak produktif. Banyak ruginya," ujar politisi Partai Demokrat ini.
Yang dipindahkan, menurutnya, hanya aktivitas pemerintahan. Sedangkan Jakarta bisa dijadikan sebagai kota komersil dan pusat bisnis. "Jakarta kita jadikan saja kota bisnis, komersil. Infrastruktur yang ada dibuat untuk kepentingan bisnis. Istana Negara bisa jadi museum. Kayak bangunan BI di Kota, jadi Museum BI. Jadi kota wisata juga," kata dia.
Mengenai pembahasan lebih jauh mengenai wacana tersebut, dikatakan Marzuki, merupakandomain pemerintah. Akan tetapi, DPR siap mendukung dan mendorong dari sisi alokasi anggaran. "Lebih cepat diwujudkan lebih baik. Kalau mau, dalam lima tahun bisa kok. Jadi ada peninggalan bersejarah," ujar Marzuki.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pembangunan Superblock Sumbang Kemacetan

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya angka urbanisasi di Provinsi DKI Jakarta setiap tahunnya berdampak pada tingginya kebutuhan berbagai fasilitas kota, terutama permukiman dan sistem transportasi yang memadai. Bahkan, urbanisasi juga turut menjadi penyumbang besar kemacetan lalu lintas (Lalin) di Ibu Kota, karena telah menimbulkan pembangunan kawasan-kawasan superblock yang mengakibatkan penambahan jumlah unit kendaraan bermotor ke kota Jakarta.

Salah satu anggota Visi Indonesia 2033, M Jehansyah Siregar, mengatakan, mengatasi kemacetan lalu lintas tidak bisa hanya dengan mereformasi sistem transportasi angkutan umum. Tapi juga harus dengan pembatasan pembangunan superblock yang saat ini sudah semakin marak. Seperti yang terdapat di kawasan Sudirman Center Business District (SCBD) dan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

“Keberadaan superblock itu justru penyumbang besar kemacetan di Jakarta. Coba hitung saja berapa jumlah karyawan yang bekerja di dua kawasan tersebut. Mereka pada umumnya menggunakan sepeda motor dan mobil pribadi karena jarak tempuh bangunan yang cukup jauh satu dengan yang lain,” kata Jehansyah di Jakarta, Kamis (29/7/2010).
Sementara, kalangan yang mampu tinggal di kawasan superblock hanya sedikit sekali, sehingga tidak memberikan kontribusi positif terhadap pengurangan kemacetan. Pihak yang mengklaim kawasan superblock dapat mengurangi pergerakan transportasi karena hunian dan tempat kerja berada di satu lokasi, sama sekali tidak benar.

Justru, keberadaan superblock di tengah-tengah kota menjadi generator pembangkit pergerakan kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua dari berbagai arah ke suatu simpul tujuan. Keadaan ini berpotensi menimbulkan kemacetan yang parah di sekitar kawasan superblock tersebut.
Karenanya Jehansyah mengusulkan, daripada membangun kawasan superblock, lebih baik Pemprov DKI melakukan penataan fungsi campuran di simpul-simpul perhubungan yang dinilainya akan dapat mengurangi kemacetan lalu lintas secara signifikan.

“Di dalam penataan sistem jaringan perhubungan, penataan simpul akan jauh lebih efektif ketimbang pembangunan kawasan superblock,” ujarnya.
Penataan simpul-simpul perhubungan bisa dilakukan di simpul-simpul utama, yaitu Terminal Kalideres, Pulogadung, Harmoni-Gambir, Blok M, Senen, Pasar Minggu dan Jatinegara. Penataan dilakukan dengan menampung permukiman multi strata dan guna lahan campuran. Seperti bisa dibangun pasar-pasar tradisional maupun supermall, stasiun, terminal, rumah sakit dan berbagai fasilitas sosial ekonomi dari multi strata ekonomi.

Pengendalian guna lahan dan guna bangunan dalam radius tertentu di wilayah simpul tersebut harus dilakukan dengan sangat ketat dan terencana dengan baik. Berbagai instrumen pengendalian seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Disain Tata Ruang (RDTR), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Surat Izin Penggunaan Peruntukan Tanah (SIPPT) harus dikelola dengan sungguh-sungguh. Sehingga kawasan tersebut memiliki nilai kepentingan publik yang tinggi.

Pakar kebijakan publik, Andrinof Chaniago, mengatakan, penataan simpul-simpul utama perhubungan itu di dalamnya harus dibangun rumah susun sederhana, terutama dengan sistem sewa. Setidaknya perlu dibangun dalam radius hingga 1 kilometer.
“Sehingga warga yang bekerja di sekitar kawasan tersebut dapat menempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Karena itu perlu dilengkapi pedestrian dan jalur sepeda sehingga memudahkan semua warga yang tinggal di sekitar simpul tersebut mencapai transportasi umum terdekat,” kata Andrinof.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Atur Permukiman Kumuh di Jakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman kumuh di Jakarta banyak tersebar dan perlu untuk ditata. Pembenahan permukiman masyarakat kalangan bawah tersebut perlu untuk pembangunan kota bebas kumuh dan perumahan penduduk
"Permukiman kumuh banyak di Jakarta. Penting untuk ditangani," ucap Jehansyah Siregar, ahli perumahan permukiman dan transportasi, dalam diskusi tim visi Indonesia 2033 mengenai Menata Pemukiman dan Membangun Perumahan untuk Keluar dari Ancaman Kemacetan Total di Jakarta, Kamis (29/7/2010) di Jakarta.
Menurutnya, lahan-lahan terlantar di Jakarta masih banyak, sekitar 20-30 persen. Lahan-lahan terlantar ini harus segera diidentifikasi pemerintah Jakarta untuk pemindahan permukiman kumuh. "Bukan pengen rumah kumuh dibongkar, namun dipindah ke lahan terlantar tersebut, ditata dengan baik. Ini sebagai prakarsa kota bebas kumuh," tuturnya.
Diungkapkannya, banyak para investor yang tidak jadi membangun lahan yang telah dibeli dan direncanakannya untuk pembangunan. Lahan-lahan inilah yang harus diketahui dan didata pemerintah. Pendataan tersebut berguna agar masyarakat kalangan bawah yang tinggal di pemukiman kumuh dapat dipindah ke lahan terlantar tersebut.
"Ini penting agar masyarakat Jakarta ada akses untuk lahan perumahan, selama ini sulit karena kurang lahan. Pemukiman kumuh di Jakarta sekarang telah meluas dan memadat, harus segera dipindah agar ada lahan kosong untuk pembangunan," jelasnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Pindahkan Ibu Kota..?

KOMPAS.com — Kemacetan Jakarta dan sekitarnya, yang menjadi sorotan utamaKompas dalam beberapa hari terakhir, kiranya tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomis (Kompas, 26/0710). Kerugian yang dialami juga menyangkut kerugian sosial dan psikis.

Secara psikis, Jakarta sangat tidak sehat, bukan saja karena terjadi polusi yang parah, melainkan juga karena kemacetan di jalan raya menimbulkan berbagai tekanan psikologis atau stres.

Demikian pula, secara sosial, kemacetan di jalan membuat relasi sosial menjadi penuh konflik, tidak saja di antara para pengendara di jalan, tetapi juga berdampak sampai ke kantor dan rumah tangga. Hubungan sosial penuh ketegangan akibat beban psikis yang dialami di jalan.

Oleh karena itu, sesungguhnya Jakarta bukan hanya sebuah kota yang sangat tidak ramah lingkungan, melainkan juga sangat tidak ramah secara sosial dan psikis. Dengan kondisi seperti itu, kiranya pembenahan transportasi umum, termasuk perluasan, penambahan, dan keterpaduan atau sinergi transportasi umum tidak akan banyak membawa hasil memadai. Itu hanya solusi jangka pendek sementara.

Yang dibutuhkan untuk jangka panjang adalah terobosan lebih radikal dan revolusioner. Kami mengusulkan tiga solusi. Sembari membenahi transportasi umum dan solusi lain yang bersifat tambal sulam, kendati sangat perlu, ketiga solusi harus segera diputuskan pemerintah pusat.

Pindahkan ibu kota

Usul pertama, pindahkan ibu kota. Ini usul dan langkah paling radikal. Banyak negara melakukan itu dan berhasil mengatasi kemacetan di ibu kota negaranya. Bung Karno, presiden pertama, telah berpikiran visioner menyiapkan Palangkaraya, Kalimantan Tengah, sebagai calon ibu kota RI sejak 1960-an.

Melanjutkan visi Bung Karno, sebaiknya ibu kota baru berada di luar Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur. Ada banyak keuntungan positif untuk itu.

Pertama, pemindahan ibu kota jangan dilihat sebagai beban ekonomi karena besarnya dana yang dialokasikan. Ini harus dilihat sebagai peluang ekonomi yang sangat menggiurkan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang akan mengerjakan persiapan, pembangunan, dan relokasi ibu kota tersebut. Akan dibutuhkan waktu 5-10 tahun untuk realisasi, dan itu peluang ekonomi yang sangat baik.

Kedua, dari segi politik, pemindahan ibu kota ke luar Jawa dan Indonesia bagian timur (IBT) akan serta-merta menggeser episentrum pembangunan nasional dari Jawa dan Indonesia bagian barat (IBB). Ini akan menjadi sebuah langkah dan peluang pemerataan pembangunan ke IBT untuk memberi kesempatan lebih besar bagi berkembangnya wilayah luar Jawa, khususnya IBT.

Ketiga, selain untuk mengatasi kemacetan di Jakarta dan sekitarnya, ini sekaligus menjadi peluang untuk membangun sebuah ibu kota baru dengan tata ruang, jaringan, dan pola transportasi yang jauh lebih ramah lingkungan, ramah secara sosial dan psikis, atau jauh lebih manusiawi.

Kita bangun ibu kota baru dengan sistem transportasi multimoda yang ramah lingkungan, nyaman, aman, dan mudah dijangkau. Kita bangun sebuah ibu kota baru dengan hutan kota yang asri, tempat-tempat rekreasi umum yang ramah secara sosial, dengan berbagai fungsi sosial yang futuristik untuk kehidupan modern, tetapi dengan warna etnik yang khas.

Pilihan di Kalimantan lebih diutamakan mengingat Kalimantan bebas dari pusat gempa.

Penyebaran kementerian

Usul kedua yang jauh lebih moderat, semua kementerian disebar ke beberapa wilayah RI sesuai dengan kondisi provinsi kita. Ambil saja sebagai contoh, Kementerian Kehutanan di Kalimantan atau Papua. Kementerian Kelautan dan Perikanan di Ambon. Kementerian Perindustrian di Surabaya. Kementerian Pendidikan di Yogyakarta.

Kemudian Kementerian Pariwisata di Bali. Kementerian Perdagangan di Jakarta atau Batam. Kementerian ESDM di Kalimantan atau Sumatera. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal di IBT agar benar-benar fokus pekerjaannya lebih diarahkan untuk pembangunan daerah tertinggal di IBT, dan seterusnya.

Cara ini akan menarik banyak pihak untuk mendesentralisasikan usaha atau minimal kantor pusatnya mengikuti kantor kementerian untuk memudahkan kegiatan usahanya. Maka, tak lagi semua perusahaan berkantor pusat di Jakarta.

Dari segi tata kelola pemerintahan, tidak ada banyak kendala karena berbagai rapat kabinet bisa dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi komunikasi modern.

Pembatasan

Kalau usulan kedua masih dianggap merepotkan karena berbagai kendala teknis menyangkut koordinasi lintas kementerian, usul ketiga yang sangat soft adalah pembatasan pembangunan di beberapa bidang. Namun, ini merupakan sebuah keharusan paling minim yang tidak boleh tidak segera dilaksanakan.

Tepatnya, usul ini berupa larangan bagi pembangunan baru untuk minimal tiga bidang. Pertama, tidak boleh ada lagi penambahan pembangunan mal atau pusat perbelanjaan baru di Jakarta. Apabila perlu, tidak boleh ada lagi penambahan mal baru di Jabodetabek. Dengan larangan ini, tidak akan ada lagi penambahan urbanisasi tenaga kerja baru ke Jakarta untuk bekerja di pusat-pusat perbelanjaan dan pertokoan tersebut.

Kedua, tidak boleh ada lagi hotel baru dibangun di Jakarta. Dengan otonomi daerah, seharusnya berbagai kegiatan pemerintahan telah dilaksanakan di daerah. Oleh karena itu, seharusnya daerahlah yang didorong membangun hotel baru sejalan dengan bergeraknya uang ke daerah.

Ketiga, sudah saatnya pembangunan universitas baru dilarang di Jakarta dan sekitarnya. Dengan jalan itu, pemerintah berketetapan untuk mengembangkan universitas baru, negeri dan swasta, yang berkualitas dan murah di daerah. Tenaga-tenaga dosen muda di daerah diberi kesempatan memperoleh pendidikan lanjutan di luar negeri untuk kembali mengajar di daerah.

Sementara dosen-dosen berkualitas di Jawa diberi kesempatan mengajar di daerah dan tidak perlu berpusat di Jakarta atau Jawa. Dengan jalan ini, putra-putra daerah, para calon mahasiswa, bisa mendapat peluang memperoleh pendidikan tinggi di daerahnya sekaligus mengabdi di daerahnya setelah lulus kelak.

Ketiga usulan mengandaikan persoalan kemacetan Jakarta harus diputuskan pada level pemerintah pusat, presiden dan kabinet, dengan melibatkan DPR. Ini harus menjadi sebuah keputusan politik nasional yang akan sangat menentukan nasib Jakarta dan nasib bangsa seluruhnya ke depan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Benahi Dulu Kendaraan Umumnya...

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana kebijakan Pemprov DKI Jakarta untuk membatasi penggunaan sepeda motor mendapat tentangan dari sejumlah pihak. Sejumlah pengendara sepeda motor alias bikerjuga menyatakan ketidaksetujuannya atas rencana ini.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan Rekso Purnomo, seorang wartawan media online di Jakarta. Sebagai pekerja media, Rekso memiliki mobilitas yang tinggi. Dia bisa berpindah lokasi liputan hingga beberapa kali dalam sehari. Untuk menunjang mobilitasnya, dia pun memilih moda transportasi sepeda motor.

"Saya tidak sepakat kalau justru motor yang dibatasi. Sekarang ini kan belum ada transportasi massal yang memadai. Bagaimana kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi kalau motor dibatasi, sementara kendaraan umumnya masih seperti sekarang ini," kata Rekso, Rabu (28/7/2010) di Jakarta.

Dia pun mempertanyakan soal mekanisme pembatasan penggunaan kendaraan tersebut. Menurutnya, jika pada jam tertentu sepeda motor dilarang lewat pada jalur-jalur tertentu, maka hal ini akan membingungkan para pengendara motor. "Nanti yang naik motor jadi bingung. Seandainya mau ke Sudirman, lalu dilarang, bagaimana mau bisa sampai tujuan," katanya.

Kalaupun pemerintah berniat mengurai benang kusut kemacetan di Jakarta, menurut Rekso, seharusnya fokus pada pembenahan sektor transportasi massal. "Benahi saja dulu kendaraan umumnya. Misalnya, bus transjakarta diperbanyak dan diperluas. Kalau sudah baik, pasti juga banyak yang pakai," ujarnya.

Pendapat serupa dikatakan Djohan Effendy. Mahasiswa salah satu perguruan tinggi ini mengaku keberatan jika ada kebijakan semacam itu. Pemuda yang tinggal di daerah Kranggan, Bekasi, ini sehari-hari menggunakan sepeda motor untuk menuju kampusnya di bilangan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

"Kalau dipaksa naik angkot, saya bisa berapa jam di perjalanan. Tahu sendiri kan angkot di Jakarta kayak gimana. Udah enggak nyaman, macet pula," katanya.

Mahasiswa jurusan Teknik Industri ini menilai, kebijakan seperti itu hanya akan mengorbankan masyarakat yang berpenghasilan pas-pasan. Dia mengatakan, masyarakat yang ekonominya terbatas justru memilih sepeda motor karena faktor murah dan cepat. "Ya, kalau sekarang dibatasi lagi, ini kan malah nambah menyusahkan masyarakat," ucapnya.

Djohan juga meminta agar Pemprov DKI mengkaji ulang rencana pembatasan penggunaan sepeda motor. Menurutnya, akan lebih baik jika kendaraan roda empat yang dibatasi. "Kalau mobil kan lebih boros. Kadang-kadang ada mobil tapi cuma satu orang di dalamnya. Ini lebih boros kendaraan daripada penumpang. Ya, mestinya mobil dulu yang dibatasi," tambah Djohan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Transportasi Massal, Jauh dari Nyaman

JAKARTA, KOMPAS.com — Tingginya pengguna kendaraan pribadi di Jakarta, baik roda dua maupun roda empat, tidak terlepas dari belum adanya sarana dan moda transportasi massal yang memenuhi kebutuhan masyarakat dari segi kenyamanan, kecepatan, keamanan, dan murah. Para komuter di Jakarta pun lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk sarana mobilitasnya.
"Sarana dan moda transportasi massal di Jakarta ini masih sangat buruk. Maka, jangan menyalahkan masyarakat kalau kemudian mereka lebih memilih naik motor atau mobil pribadi," kata Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (28/7/2010).
Tulus mengatakan, persoalan kemacetan di Jakarta merupakan hal yang amat klasik dan terus-menerus menjadi persoalan yang tidak terselesaikan. Salah satu akar persoalan utama kemacetan tersebut, ujarnya, adalah faktor minimnya transportasi massal yang memadai.
"Namun, pembenahan di sektor transportasi massal ini justru tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Seharusnya transportasi massal dulu yang dibenahi sebelum membatasi kendaraan pribadi," urainya.
Dia memaparkan, bus transjakarta yang digadang-gadang Pemprov DKI sebagai sarana transportasi massal yang aman, nyaman, cepat dan murah masih jauh realisasinya. Sejumlah koridor hingga kini terbengkalai, sementara sejumlah  fasilitas halte bahkan mulai rusak.
"Bagaimana mau membatasi kendaraan pribadi dan mengharapkan masyarakat naik kendaraan umum kalau kenyataannya masih jauh dari memadai. Masyarakat jelas pilih yang lebih murah, aman, nyaman, dan cepat," tutur dia.
Tulus mengatakan, YLKI mendesak Pemprov DKI untuk lebih fokus membenahi sektor transportasi massal ketimbang menerapkan kebijakan yang membatasi penggunaan kendaraan pribadi. Dia menyebut, masyarakat dengan sendirinya akan beralih menggunakan kendaraan umum jika fasilitasnya sudah memenuhi kebutuhan masyarakat dan sudah memadai.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Inilah SUV 4x4 yang Bisa Jadi Helikopter

TEXAS, KOMPAS.com — Helikopter ini seperti autobot di film Transformers karena bisa berubah menjadi kendaraan darat SUV 4 x 4. Mungkin suatu hari nanti, helikopter serba guna ini akan digunakan oleh pasukan Amerika Serikat di Irak dan Afganistan untuk membantu mereka menghindari ancaman bom pinggir jalan.

Desain kendaraan ini sangat futuristik. Desainnya merupakan gagasan paling inovatif yang berbasis dari pengembangan Pesawat AVX Texas.

Kendaraan ini bisa membawa empat tentara lengkap dan menempuh perjalanan 250 mil untuk perjalanan darat dan udara dengan tangki bahan bakar tunggal.

Pihak perusahaan pengembang mengatakan, setiap prajurit dijamin dapat mengendarai sekaligus menerbangkan kendaraan tersebut tanpa harus memiliki lisensi pilot.

Motor jet yang digunakan sebagai mesin pendorong saat terbang langsung menyesuaikan diri saat kendaraan ini berubah menjadi SUV 4 x 4. Perubahan tersebut hanya membutuhkan waktu satu menit.

"Kendaraan ini sangat cocok digunakan di Irak dan Afganistan, tempat pasukan kerap menghadapi bahaya bom pinggir jalan," kata juru bicara perusahaan.

Saat ini Pentagon sedang mempertimbangkan masalah desain. Desain ini penting karena keselamatan tentara merupakan prioritas pertama, baik pada saat di udara maupun ketika bergerak di darat.

Kendaraan jenis AVX ini bisa terbang dengan kecepatan 140 mph, berada di jalan dengan kecepatan 86 mph, dan di medan tempur 30 mph.

Kendaraan ini mampu mengangkut sekitar 520 kg bahan bakar. "Namun, pihak perusahaan belum berpikir memproduksi kendaraan tersebut untuk kepentingan komersial, meskipun saat ini prototipe kendaraan ini dalam tahap penyelesaian," katanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Benarkah 'Busway' Program Gagal?

JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk membangun portal di jalur busway sebagai upaya sterilisasi dianggap sebagian kalangan hanya sebagai cara untuk mencari alasan terkait memburuknya pelayanan bus transjakarta.
Ketidakpastian dan ketidaknyamanan selalu mengintai sebagai dampak headway bus transjakarta semakin molor tanpa kepastian. Faktanya, jalur-jalur busway berdasarkan pengamatan di lapangan lebih sering lengang dan tidak terpakai meski di sisi jalur khusus bus transjakarta itu dipadati kendaraan yang terjebak kemacetan.
Pemandangan kontras antara jalur busway yang kosong dan meningkatnya penderitaan warga sebagai dampak penggunaan satu jalur untuk dipakai busway tampak di mana-mana.
Sekretaris Komisi A DPRD DKI Taufik Hadiawan menyatakan, jalur busway seharusnya merupakan jalur kendaraan yang merupakan hak masyarakat. "Masalahnya, jalur busway itu dibuat dengan mencaplok jalan umum sehingga jalan tersita. Akibatnya, kemacetan semakin parah," katanya di Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (15/7/2010).
Taufik mencontohkan bahwa di banyak negara, khususnya di kota-kota besarnya, penyelenggaraan sarana transportasi publik disesuaikan dengan keadaan di negara-negara itu tanpa merampas sarana jalan umum. "Misalnya di Moskow, di sana jalur khusus kendaraan umum tidak dibangun portal apalagi dibangun separator, yang rawan mencelakakan pengendara lainnya. Kebijakan itu juga dilaksanakan di Kuala Lumpur," katanya.
Sementara itu, anggota Komisi B DPRD DKI Maringan Pangaribuan menyatakan, ketidakpedulian pemerintah untuk membenahi angkutan umum menjadi faktor tidak teratasinya persoalan jalurbusway. "Rencana pemortalan jalur busway sebenarnya selesai jika jalur busway dipakai oleh bus transjakarta karena kalau jalur busway sering kosong, maka akan mengundang banyak pengendara memasuki jalur itu, yang penting headway bus transjakarta harus baik," katanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

"Green Living" di Kampus Anak Jalanan

JAKARTA, KOMPAS.com - Terletak di pinggir kota Jakarta, terdapat satu hunian unik yang ditempati puluhan anak jalanan. Kampus Diakonia Modern (KDM) namanya. Bagaikan satu kompleks perumahan sendiri KDM berhias pohon-pohon rindang dan memiliki sistem pengolahan sampah sendiri yang disebut dengan Green Project.
"Awalnya, lingkungan di sini belum memiliki sistem pengelolaan sampah. Setiap rumah sekitar hanya menyimpan sampah di belakang dan ditumpuk begitu saja," ujar koordinator relawan KDM Renie Elvina, Kamis (15/7/2010), di Bekasi, Jawa Barat.
Pada saat itu, timbunan sampah tersebar di mana-mana. Pada tahun 2001 muncul ide untuk mengelola sampah lebih rapi. Bersama anak-anak jalanan yang mengenyam pendidikan di KDM, para relawan mulai melakukan pemisahan sampah.
"Proyek pertama hanya untuk memisahkan sampah-sampah organik dan non organik," tuturnya.
Selanjutnya, pada 2003 KDM mulai mengembangkan pemilahan kertas, plastik, bahan yang bisa didaur ulang lain, dan bahan yang tidak bisa di daur ulang. Tidak hanya di lingkungan KDM,Green Project pun kemudian merangkul berbagai elemen masyarakat mulai dari tingkat rumah tangga, universitas, sekolah, hingga perkantoran.
"Kita mengumpulkan sampah dari mereka untuk kemudian diolah lagi," ujar Renie.
Meski sempat dicemooh karena dianggap pemulung, Renie beserta rekannya di KDM tidak patah arang. Saat ini ada sekitar 300 rumah dan 40 kantor serta sekolah yang mau berpartisipasi dalam program lingkungan tersebut.
Setelah sampah-sampah tersebut dikumpulkan, beberapa yang masih sulit diolah kemudian dijual kembali ke penadah. Sementara lainnya, digunakan untuk membuat kertas daur ulang, ataupun benda kerajinan seperti hiasan, kartu ucapan, ataupun tas yang dikreasikan oleh anak-anak KDM. Dari bisnis Green Project ini KDM bisa menghasilkan Rp 8-11 juta dalam sebulan.
Sekretaris Yayasan KDM, Hiero Rahadiyan, menjelaskan Green Project di KDM juga dilakukan dengan mengolah sampah menjadi pupuk kompos. "Sampah-sampah dikumpulkan terus kita campur dengan kotoran sapi dan diendapkan hingga jadi kompos," ujarnya.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, gaya hidup di lingkungan KDM sangat memerhatikan keramahan terhadap lingkungan. Terdapat satu gedung yang disebut Rumah Kreatif yang seluruh bangunannya tidak dilapisi cat dan pada lantai atasnya dijadikan perkebunan hydroponik.
Selain itu, kamar mandi yang digunakan pun menggunakan satu sistem pengolahan limbah kotoran sendiri dengan menggunakan satu buah sepeda yang bertugas mengendapkan kotoran. "Jadi kalau anak-anak di sini mau buang air besar, habis itu harus mengayuh sepeda sebanyak delapan kali," ujar Hiero.
KDM merupakan sebuah hunian bagi sekitar 70 anak jalanan yang terletak di Pondok Rangon, Bekasi, Jawa Barat. Di tempat tersebut, anak-anak mengenyam pendidikan alternatif yang berbasis active learning. Gaya hidup green living pun menjadi nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini di kampus para anak jalanan ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Peneliti Yakin Bumi Kiamat Tiap 27 Juta Tahun

VIVAnews - Para peneliti kini 99 persen yakin bahwa peristiwa kehancuran massal di Bumi terjadi secara reguler, seteratur jarum jam berputar. Begitulah temuan para ilmuwan dari Universitas Kansas dan Smithsonian Institute di Amerika Serikat setelah mereka memetakan semua armagedon sejak 600 juta tahun yang lalu.
Astrofisikawan dari Universitas Kansas, Dr. Adrian Melott, dan palaeontologis dari Smithsonian Institute, Dr. Richard Bambach, mengungkapkan dalam kurun waktu itu kiamat di Bumi terjadi setidaknya tiap 27 juta tahun sekali.

Dan penyebab kiamat mendatang, menurut para peneliti itu, ternyata bukanlah pemanasan global.
Lalu apa?
Planet kita selalu melintasi hujan komet tiap 27 juta tahun, dan ternyata sangatlah jarang Bumi berhasil lolos dengan selamat. Selama 20 kali melewati cobaan maut itu, Bumi hanya berhasil lolos dari lubang jarum dan mempertahankan sebagian besar organisma biologis yang hidup di atasnya, sebanyak enam kali saja.
Yang paling terkenal adalah bencana dahsyat 65 juta tahun lalu, saat asteroid selebar 15 kilometer menghantam Bumi--di titik yang sekarang merupakan wilayah Meksiko--dengan kekuatan miliaran kali bom atom dan lalu menyapu habis Dinosaurus dari muka Bumi.
Lebih celaka lagi, periode putaran kiamat ini tak akurat betul. Terkadang, asteroid-asteroid menghantam semua makhluk hidup di muka bumi, 10 juta tahun lebih cepat dari yang semestinya.
Tapi, janganlah buru-buru panik. Masih ada kabar baik.
Ini menyangkut Nemesis, bintang kembar gelap dari matahari. Selama ini, Nemesis selalu dituding jadi biang keladi. Teori umumnya begini: tiap 27 juta tahun sekali, Nemesis melintasi sabuk raksasa debu dan es yang disebut awan Oort, dan gara-gara itu lalu melontarkan komet-komet ke Bumi.
Sekarang, para ilmuwan mengatakan: karena skenario kiamat terjadi secara begitu reguler, Nemesis tidaklah mungkin jadi penyebab utama karena orbitnya akan mengalami perubahan dalam kurun waktu sebegitu lama.
Tapi, ini bukan berarti bahwa Nemesis--yang terletak sekitar satu tahun cahaya dari matahari--tidak akan lagi menyemburkan komet-komet awan Oort-nya ke seantero galaksi kita. Sekarang ini, komet-komet itu sedang menghajar planet-planet lain di luar Bumi.
Jadi, karena armagedon terakhir terjadi 11 juta tahun lalu, maka berdasarkan teori ini, Bumi baru akan kiamat pada tahun 16.002.010--bukan dua tahun mendatang, seperti yang difilmkan Roland Emmerich di "2012."
Artinya, silakan Anda menghirup nafas lega-lega--sepanjang pemanasan global tak segera menciptakan kiamat yang lain. (News.com.au, Telegraph | kd)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Freeport diduga Produksi Uranium Secara Diam-diam

Jayapura (ANTARA) - Freeport diduga menggali bahan baku uranium secara diam-diam sejak delapan bulan silam, kata Yan Permenas Mandenas S.Sos Ketua Fraksi Pikiran Rakyat Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua kepada ANTARA di Jayapura, Selasa, di ruang kerjanya.
"Kegiatan ini dilakukan secara tersembunyi dan telah berlangsung cukup lama," ungkapnya yang juga anggota Komisi C DPRDP.
Ia menambahkan, Freeport telah mencuri hasil kekayaan masyarakat Papua dan membohongi pemerintah dengan hasil tambang yang disalurkan lewat jaringan pipa-pipa bawah tanah.
"Selain emas, uranium juga diproduksi oleh Freeport," tambahnya.
Informasi ini menurutnya, didapatkan dari sejumlah masyarakat dan karyawan Freeport di Timika.
"Selain karyawan dan masyarakat, saya juga mendapat laporan dari sumber yang dapat dipercaya," tandasnya.
Hal ini sangat disayangkan mengingat pajak yang didapatkan dari perusahaan emas terbesar didunia ini, hanya berjumlah Rp30 milyar pada tahun lalu.
Mandenas juga mengeluhkan, bahwa dewan belum bisa bergerak karena terkendala masalah klasik, yaitu belum ada alokasi dana untuk turun ke lapangan.
"Kami belum bisa ke lapangan karena terkendala dana," katanya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS